Menurut ahli sosiologi pendidikan
ada timbal balik atau hubungan antara dunia pendidikan dengan kondisi social
masyarakat. Sehingga majunya dunia
pendidikan akan dapat dijadikan cermin majunya masyarakat. Ary H. Gunawan
sebagai penerus budaya dari satu generasi ke generasi lainnya. Media sebagai
alih budaya adalah pendidikan dan interaksi social. Pendidikan merupakan proses
sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, keterampilan dll.
Sekarang ini pendidikan berhadapan
dengan banyak permasalahan seperti penyerapan lulusan, kurang kreatifitas
produk pendidikan, kurangnya kualitas pendidikan, kenakalan pelajar dll. Hal
itu bukti adanya kesenjangan antara masyarakat dengan pendidikan. Banyaknya
terjadi konflik di Indonesia karena disebabkan terjadi kesalah pahaman baik
agama, ekonomi, politik, perebutan kekuasaan dll. Pemicu konflik yang paling
andil adalah konflik agama. Padahal semua agama mengajarkan kebaikan dan orang
yang beriman pada agamanya tentu tidak menghendaki konflik karena agama
mendidik untuk saling tolong menolong, toleransi, berbuat baik dan saling mengerti.
B.
Agama dan Kekerasan
Agama itu di ciptakan untuk membawa
pesan ketuhanan dan kemanusiaan namun
mengapa sering terjadi konflik di sebabkan agama?
Adanya tragedi bencana
yang melibatkan agama tak lain karena terjadi pembusukan dan pengorupsian
agama. Berikut tanda-tandanya:
1.
Klaim kebenaran
2.
Ketaatan buta terhadap pemimpin agama
menjadi fanatisme.
3.
Menghalalkan segala cara
Konflik
tak selamanya buruk ada juga manfaatnya seperti rekonstrksi membangun dialog
untuk kesadaran bersama-sama.
A.Malik.Fadjar
mengemukakan penyebab dari konflik agama.
1.
cara beragama yang pemahamanya dangkal dan menyandarkan pada kemutlakan symbol.
2.
sejarah masa lalu yang terjadi perselisihan antar agama.
3.
rasa cemburu dan kecewa
4.
dendam dan curiga akibat syiar dakwah yang ingin menggaet umat agama lain.
Sebenarnya
penyebab konflik cukup kompleks maka butuh pendidikan yang di harapkan sebagai
mekanisme alokasi bagi civitas akademika untuk memasuki masa
depannya.pendidikan mempunyai bermacam-macam fungsi salah satunya membangun dan
memberi gambaran ideal tentang pluralitas dan multicultural. Realitasnya
multicultural menjadi potensi membawa khazanah dan kekayaan kehidupan namun
menjadi persoalan besar bila mengedepankan ego dan kemauan untuk saling
menguasai. Butuh reformulasi kurikulum dan dan SDM yang handal untuk
mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab anak didik terhadap keragaman
masyarakat.
Bab 2 Makna Pendidikan
Dan Pendidikan Pluralis-Multikultural
A.
MAKNA PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN ISLAM
- Menurut
Darmaningtyas pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis atau mencapai taraf
hidup dan kemajuan yang lebih baik.
- Koenjoroningrat
mendefinisikan pendidikan sebagai usaha mengalihkan adat istiadat dan seluruh
kebudayaan dari generasi lama ke generasi baru.
-
Ki Hajar Dewantara mendefinisi
pendidikan adalah usaha orang tua kepada anak-anak untuk menyokong kemajuan
hidupnya baik aspek rohani maupun jasmani.
Banyak
para ahli yang mendefinisikan tentang pendidikan dan antara definisi yang satu
dengan yang lain memiliki keragaman
perbedaan namun ada titik kesamaan yang dianggap sebagai titik temu.
Jadi setiap perbedaan itu wajar dan tidak perlu perdebatan.
Begitu
juga pendidikan islam pun memiliki banyak pengertian, hal ini membuat keragaman
definisi pendidikan islam.
1.
Menjaga dan memelihara fitrah anak
menjelang baligh
2.
Mengembangkan seluruh potensi
3.
Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi
menuju kesempurnaan
4.
Dilaksanakan secara bertahap
Menurut guru besar IAIN Gunung Jati
Bandung, Ahmad Tafsir menyimpulkan pendidikan adalah bimbingan seseorang agar
berkembang secara maksimal sesuai ajaran islam menuju manusia yang beriman,
berilmu dan bermoral.
Antara
pendidikan secara umum dengan pendidikan islam, Azyumardi Azra menyebutkan
karakteristik pendidikan islam.
1.
Islam mengajari untuk menguasai ilmu
pengetahuan
2.
Mengembangkan ilmu diberikan kepada
orang lain.
3.
Penekanan nilai-nilai akhlak dalam
penguasaan ilmu pengetahuan.
4.
Penguasaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan hanya untuk pengabdian pada Allah dan kemaslahatan umum.
5.
Penyesuaian pada perkembangan anak.
6.
Pengembangan kepribadian diarahkan untuk
mencapai tujuan islam.
7.
Penekananan amal shaleh dan tanggung
jawab untuk mengamalkan ilmu yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat.
Sebagai
pendidik harus mempunyai rasa kemanusiaan yang mendalam dan rasa cinta akan
menghasilkan anak didik yang memandang manusia dalam kerangka kemanusiaan.
B. Pendidikan
dan Perubahan Sosial
Pendidikan
adalah alat yang ampuh untuk melakukan perubahan. Untuk mewujudkan fungsionalisasi pendidikan
islam dengan melakukan perubahan paradigma yaitu dengan mengubah cara belajar
dari warisan menjadi pemecahan masalah, dari hafalan ke dialog, mengolah dan
mengembangkan hati dan ketrampilan. Pendidikan mengalami perubahan menuju
pendidikan yang berkualitas.
C. Penyeragaman
Pendidikan
Sebaiknya
tidak terjadi penyeragaman pendidikan karena potensi anak berbeda-beda dan
keseragaman membuat tidak saling menghargainya setiap perbedaan. Di Indonesia
banyak sekali keseragaman conth baju seragam, buku ajar dll berbeda dengan di
Jepang sangat menghargai keragaman anak didik, mereka bebas berekspresi dan
mengembangkan potensi yang dimiliki. Pendidikan sebaiknya tidak menekankan pada
tuntutan pemenuhan kerja tapi lebih penting bagaimana mengembangkan kreatifitas
sehingga anak bisa menciptakan kerja sendiri. Tak semua daerah mampu
memperhatikan kurikulum karena lingkungan menyebabkan kurikulum terasa asing
dimata peserta didik.
D. Pendidikan
Islam Pluralis-Multikultural
Pendidikan
yang seragam dan tidak menghargai pluralitas akan membawa dampak negative. Maka
pendidikan multicultural-pluralis merupakan kebutuhan diharapkan melahirkan
anak didik yang penuh toleransi dan saling menghargai. Pendidikan pluralisme
sebagai pembuka visi cakrawala sehingga kita mampu melihat kemanusiaan sebagai
keluarga yang memiliki perbedaan dan persamaan cita-cita. Pendidikan
multicultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan heterogenitas keragaman budaya, etnis, suku, dan
agama. Menghargai harkat dan martabat sehingga terciptanya perdamaian yang
sejati.
Pluralis
lebih mengandung kemajemukan agama sedangkan multicultural kemajemukan budaya
kemudian bersanding dengan pendidikan islam bermaksud untuk membangun
paradigmakonstruksi teoritis dan aplikatif yang menghargai keragaman budaya dan
agama.
Aspek
yang dikembangkan dari konses pendidikan islam pluralis-multikultural.
1.
Menghargai keragaman supaya tumbuh
kearifan untuk melihat keragaman yang ada.
2.
Merupakan usaha sistematis untuk
membangun pemahaman dan kesadaran anak didik terhadap realitas keragaman.
3.
Setiap perbedaan diposisikan secara
setara untuk mengapresiasikan karakteristik yang dimiliki, sehingga satu dengan
lainnya mendapat perlakuan yang sama dan tidak saling mengunggulkan.
4. Tumbuh
dan kembang rasa percaya diri terutama anak yang berasal dari ekonomi rendah.
Pendidikan
Islam Pluralis-Multikultural dapat diwujudkan melalui pendidikan dan diberikan
pemahaman bahwa satu Tuhan namun beragam agama, hal ini adalah wajar bila
terjadi keragaman. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik ada
beberapa yang harus dilakukan yaitu:
1.
Guru harus mampu menciptakan situasi
kelas yang tenang, bersih dan mendukung pelaksanaan proses pembelajaran.
2.
Menyediakan peluang siswa untuk
mengakses bahan dan sumber informasi untuk belajar.
3.
Gunakan model belajar dengan berdiskusi
dan saling bertukar informasi.
4.
Hubungkan informasi baru yang sudah
diketahui siswa.
5. Guru
harus memiliki catatan kemajuan dari semua proses pembelajaran anak didik.
Guru
tidak boleh mendominasi kelas, anak harus dibiarkan mengembangkan
kreativitasnya, dianggap, diajari dan di damping.
E.
Demokratisasi Pendidikan
Nilai-nilai
pendidikan islam pluralis-multikultural diantaranya demokrasi. Pendidikan ini
menjelaskan manusia bagi kepentingan pendidikan. Untuk menumbuhkan demokrasi
pendidikan perlunya komunikasi kesegala arah tidak hanya pendidik saja yang
ceramah dan menjadi pusat pembelajaran tapi juga siswanya mencari informasi
sendiri. Pendidikan ini merupakan pendidikan dialogis sebagai syarat
demokratisasi.
Realitasnya
praktik pendidikan membebani anak didik dengan informasi yang kurang relevan
untuk kebutuhan psikologis anak didik, sehingga muncul pribadi yang cerdas
secara kognitif namun sangat kurang
dalam kecerdasaan emosional.
Sekolah
yang layak disebut sekolah yang demokratis mempunyai ciri-ciri
1.
Orientasi pada normative berdasar
kesepakatan.
2.
Pendekatan demokratis
3.
Pengambilan keputusan secara consensus
4. Penanaman
nilai, kultur dan kebiassan dalam organisasi
Dalam
konteks pendidikan islam, dikatakan demokratis bila telah memiliki beberapa ciri-ciri,
yaitu:
1.
Tingginya komitmen keilmuan
2.
Menempatkan pendidik dengan anak didik
sebagai subjek yang saling melengkapi.
3.
Konsisten dalam prinsip belajar tuntas.
4.
Tak hanya berrhenti pada teori namun ada
langkah-langkah konkretnya.
Bab 3
pluralis-multikultural perspektif ajaran islam
A.
Pluralisme dan toleransi
Secara
bahasa pluralis berarti jamak dalam keanekaragaman masyarakat. Secara istilah
plural temanifestasi dalam sikap saling menghargai memelihara atau bahkan
memperkaya keadaan yang bersikap plural tersebut. Sikap pluralism tanpa adanya
toleransi tak akan terjalin kerukunan umat beragama. Toleransi adalah kemampuan
menghormati sikap dasar , keyakinan dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.
Garis
besar konsep pluralisme :
1.
Pluralisme bukan saja mengakui hak agama
lain tapi memahami perbedaan
2.
Konsep plural tidak boleh disamakan
dengan konsep relativisme.
3.
Bukan juga sinkretisme yaitu menciptakan
agama baru dengan memadukan unnsur tertentu.
Jadi
pluralisme tujuannya bukan untuk membangun keseragaman bentuk agama dan
perbedaan agama itu bukan untuk dipertentangkan namun menjadi tantangan untuk
dijawab. Dialog antaragama sangat dibutuhkan untuk membangun perwujudan suatu
pandangan teologis yang pluralis dan mendalam. Sehingga antar agama dapat
berinteraksi dan dapat menggali nilai-nilai keagamaan bersama tanpa timbul
curiga. Kesadaran untuk saling toleransi, menghargai, memahami setiap perbedaan
yang ada dapat memunculkan kerukunan antar umat beragama. Hal ini dikembangkan
lewat jalur pendidikan sehingga menjadi masyarakat yang bermoral, pluralis dan
beradab.
B.
Signifikasi pluralisme agama
Pluralism
agama merupakan sumber fundamental yang digunakan umat manusia untuk mewujudkan
perdamaian dan keadilan dalam tiap masyarakat kontemporer. Perdamaian sejati
adalah hasil dari keadilan yang dipelihara tiap tahap hubungan manusia.
Pada
perkembangannya agama menjadi psikologis, cultural dan identitas social, maka
aka nada 3 kemungkinan terjadi.
1.
Agama melakukan penetrasi terhadap
kehidupan social dan cultural masyarakat.
2.
Agama dipengaruhi unsure-unsur eksternal
3.
Terjadi dialektika antar keduanya.
Tiap
agama memiliki nilai-nilai khas diistilahkan dengan nilai particular sedangkan
nilai yang dipercaya oleh tiap agama disebut nilai nilai universal.
Partikultural nilai-nilai agama diperuntukkan bagi pemeluk agama sendiri tidak
boleh dipaksakan pada yang tidak percaya. Bagi pemeluk agama lain harus
dikedepankan nilai-nilai universal, semacam keadailan, kemanusiaan dll.
C. PLURALISME
DAN DIALOG
Bagi Mahmoud M. Ayyoub untuk membangun
relasi dengan umat beragama lain dilakukan dialog konstrukti melalui saling menghormati
dan memahami pihak lain dan interaksi dengan dasar keadilan dan kesamaan umat
yang satu. Meski agama itu plural namun memiliki tugas yang sama yaitu
membangun kehidupan peradapan manusia yang lebih baik dan manusiawi.
Orang
yang toleran pada dasarnya menggunakan
penalarannya untuk memahami dan menerima yang lain, mereka sering berdialog dan
belajar. Karakter masyarakat yang berkeadilan adalah adanya kesadaran
pluralitas dalam masyarakat. Maka dialog merupakan teknologi masa depan yang
tidak deskriminatif. Untuk mengembangkan dialog dapat dilakukan 4 tingkat bagi
komunikasi manusia:
1.
Rasa sebagai saudara dan sesama manusia.
2.
Menegakkan nilai-nilai kehidupan
kemanusiaan.
3.
Keberanian memperbincangkan Tuhan dalam
kedamaian.
4.
Dimana Tuhan berbicara pada kita.
Dalam dialog ini ada
baiknya mendatangkan guru agama yang berprofiesional karena guru adalah tombak
pendidikan agama.
D.
Pendekatan Etika