Peka or tidak Peka???
Apa
itu sih tidak peka? Apa kah ketidak pekaan itu seperti ummi maktum yang buta tak mampu
melihat sehingga tidak memahami muka masamnya Rosulullah? Tentu saja bukan sekedar itu. Ummi Maktum
malah memberikan pelajaran penting bagi Rosullullah agar tidaak bermuka masam
dihadapan orang lain, apalagi yang benar-benar ingin belajar kepada kita.
Banyak
sekali suatu problema yang perlu diperhatikan dengan matang maupun sedang. Teman diisamping kita, yang senantiasa butuh
existensi diri. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang berhati halus
sehingga membutuhkan sosok yang halus pula. Senberang apapun seseorang ibu
namun ia akan menyayangi anaknya apapun yang terjadi. Kemudian problematika
yang terjadi terutama menimpa jalan Islam ini pun membutuhkan yang namnya kepekaan.
Dalam
suatu lembaga pun misalnya. Membutuhkan saling keterikatan antara anggotanya. Tentunya
kepekaan harus dijaga dan dikembangkan. Sebenarnya kepekaan akan memberikan
ketenangan maupun memberikan kesan harmonis itu sendiri. namun tidak hanya itu
kepekaan membuat nyaman dan memudahkan penyelesaian suatu problema kehidupan.
Peka,...
bagaimana menumbuhkan sikap peka tersebut? Sebenarnya karakter itu bisa
terbentuk bila mampu mempersepsikan diri dan bersikap baik dengan perubahan.
Di
dalam lembaga saya memiliki sahabat ya sebut saja namanya Alfaniee, dia
orangnya sangat lembut dan sangat peka terhadap saudaranya. Bila ada orang
bertanya dia akan segera merespon tanpa orang yang bertanya terabaikan dan kehilangan eksistensinya.
Hatinya lembut, bersemangat dan bergerak melangkah lebih maju dari pada kami.
Dia cantik dan polos. Ini yang membuat kami mencintainya karena Allah. Apalagi
dia sangat peka. Peka bisa juga diartikan memahami kebutuhan dan keinginan
orang lain.
Secara
sadar atau tidak, setiap insan butuh disambut maupun dipuji. Perlu sapaan dan
senyuman ketulusan. Namun ditengah masyarakat liberal ini, hampir setiap
tindakan diperlukan dana atau uang. Sehingga terkadang uang bisa membuat
segalanya berubah menjadi bingkai kepalsuan bukanlah ketulusan.
Pahamkanlah
semuanya, bahwa ssetiap insan itu berhati lembut pada dasarnya. Kelembutuhan
itu tentu dari ALLAH ynag Maha Latief. Kelembutan itu bisa berubah kerena
lingkungan ataupun keeksistensiannya tergadaikan. Sesungguhnya muslim itu satu
tubuh, bila salah satu bagian tubuh itu sakit maka sakitlah semua tubuh
tersebut.
Peka
lah disetiap moment yang ada baik hal kecil bahwa saudaramu butuh sapaanu,
senyumnmu, ceritamu dan kebersamaanmu. Dalam lembagapun seperti itu, bahwa peka
merupakan hal yang sangat penting agar saling memahami setiap penyelesaian
dalam meja syuro atau musyawarah. Pekalah bahwa di dalam keaanekaragaman
problema ini sangat rentan adanya perselisihan. Maka dari itu perlu pemahaman
dan ide yang baik dan cemerlang. Ide itu sesungguhnya didapat dari banyak
membaca buku dan yang membuat kita terbuka wawasaan dan kosa kata kepekaan pun
bsa didapat dari membaca buku. Sehingga butuh kepekaan disetiap moment yang
ada. Jangan berhenti dalam menyampaikan maksud dan berikanlah chemistry di
dalam suatu moment. Jangan sampai berputus asa dalam keadaaan apalagi sampai
menghilang. Teringat Firman ALLAH dalam surat Al ANFAL:63-64
Bahwa
yang mampu menolong itu adalah Allah sebanyak apapun harta tu dikeluarkan dari
bumi namun tetap saja Allah maha Penolng.~
Hampir
saja, TERLEMPAR keperadaban jahiliyahan karena sikap sensiti daan kurang peka
namun lgi-lagi Allah sebagai enolong mengingatkan hambanNya untuk kembali..
Sikap
kurag peka bisa karena pola lingkungan yang kurang benar. Bisa jadi kerena
sejak kecil sering disalahkan dan dimarahi hingga akhirnya menjadi takut untuk
bertindak maupun takut untuk melangkah dan selalu bertanya serta BINGUNG.
0 komentar:
Posting Komentar