Pages

Sabtu, 23 Mei 2015

PEKA



Peka or tidak Peka???

Apa itu sih tidak peka? Apa kah ketidak pekaan  itu seperti ummi maktum yang buta tak mampu melihat sehingga tidak memahami muka masamnya Rosulullah?  Tentu saja bukan sekedar itu. Ummi Maktum malah memberikan pelajaran penting bagi Rosullullah agar tidaak bermuka masam dihadapan orang lain, apalagi yang benar-benar ingin belajar kepada kita.
Banyak sekali suatu problema yang perlu diperhatikan dengan matang maupun sedang.  Teman diisamping kita, yang senantiasa butuh existensi diri. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang berhati halus sehingga membutuhkan sosok yang halus pula. Senberang apapun seseorang ibu namun ia akan menyayangi anaknya apapun yang terjadi. Kemudian problematika yang terjadi terutama menimpa jalan Islam ini pun membutuhkan yang namnya  kepekaan.
Dalam suatu lembaga pun misalnya. Membutuhkan saling keterikatan antara anggotanya. Tentunya kepekaan harus dijaga dan dikembangkan. Sebenarnya kepekaan akan memberikan ketenangan maupun memberikan kesan harmonis itu sendiri. namun tidak hanya itu kepekaan membuat nyaman dan memudahkan penyelesaian suatu problema kehidupan.
Peka,... bagaimana menumbuhkan sikap peka tersebut? Sebenarnya karakter itu bisa terbentuk bila mampu mempersepsikan diri dan bersikap baik dengan perubahan.
Di dalam lembaga saya memiliki sahabat ya sebut saja namanya Alfaniee, dia orangnya sangat lembut dan sangat peka terhadap saudaranya. Bila ada orang bertanya dia akan segera merespon tanpa orang yang bertanya  terabaikan dan kehilangan eksistensinya. Hatinya lembut, bersemangat dan bergerak melangkah lebih maju dari pada kami. Dia cantik dan polos. Ini yang membuat kami mencintainya karena Allah. Apalagi dia sangat peka. Peka bisa juga diartikan memahami kebutuhan dan keinginan orang lain.
Secara sadar atau tidak, setiap insan butuh disambut maupun dipuji. Perlu sapaan dan senyuman ketulusan. Namun ditengah masyarakat liberal ini, hampir setiap tindakan diperlukan dana atau uang. Sehingga terkadang uang bisa membuat segalanya berubah menjadi bingkai kepalsuan bukanlah ketulusan.
Pahamkanlah semuanya, bahwa ssetiap insan itu berhati lembut pada dasarnya. Kelembutuhan itu tentu dari ALLAH ynag Maha Latief. Kelembutan itu bisa berubah kerena lingkungan ataupun keeksistensiannya tergadaikan. Sesungguhnya muslim itu satu tubuh, bila salah satu bagian tubuh itu sakit maka sakitlah semua tubuh tersebut.
Peka lah disetiap moment yang ada baik hal kecil bahwa saudaramu butuh sapaanu, senyumnmu, ceritamu dan kebersamaanmu. Dalam lembagapun seperti itu, bahwa peka merupakan hal yang sangat penting agar saling memahami setiap penyelesaian dalam meja syuro atau musyawarah. Pekalah bahwa di dalam keaanekaragaman problema ini sangat rentan adanya perselisihan. Maka dari itu perlu pemahaman dan ide yang baik dan cemerlang. Ide itu sesungguhnya didapat dari banyak membaca buku dan yang membuat kita terbuka wawasaan dan kosa kata kepekaan pun bsa didapat dari membaca buku. Sehingga butuh kepekaan disetiap moment yang ada. Jangan berhenti dalam menyampaikan maksud dan berikanlah chemistry di dalam suatu moment. Jangan sampai berputus asa dalam keadaaan apalagi sampai menghilang. Teringat Firman ALLAH dalam surat Al ANFAL:63-64
Bahwa yang mampu menolong itu adalah Allah sebanyak apapun harta tu dikeluarkan dari bumi namun tetap saja Allah maha Penolng.~
Hampir saja, TERLEMPAR keperadaban jahiliyahan karena sikap sensiti daan kurang peka namun lgi-lagi Allah sebagai enolong mengingatkan hambanNya untuk kembali..
Sikap kurag peka bisa karena pola lingkungan yang kurang benar. Bisa jadi kerena sejak kecil sering disalahkan dan dimarahi hingga akhirnya menjadi takut untuk bertindak maupun takut untuk melangkah dan selalu bertanya serta BINGUNG.

0 komentar:

Posting Komentar