Pages

Selasa, 23 April 2013

MENUMBUHKAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL


   Model Permainan Tradisional

Permainan tradisional banyak ragam dan macamnya, karena permainan tradisional itu diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Keanekaragaman permainan tradisional terbentuk karena adanya  perbedaan budaya antara daerah satu dengan daerah lainnya. Permainan yang dibentuk dan diciptakan oleh nenek moyang kita merupakan warisan budaya yang harus dilindungi dan dijaga agar tidak tergerus oleh arus modernisasi. Nenek moyang menciptakan permainan tradisional ini bukanlah asal-asalan menciptakan saja namun dibalik penciptaan itu tersimpan hikmah yang dapat membantu menumbuhkan karakter anak, asalkan orang tua atau pendidik dapat menyampaikan pesan moral dalam setiap permainan tersebut.
Permainan tradisioanal secara langsung atau tidak langsung akan melahirkan kepekaan terhadap semua input yang masuk pada anak. Hal ini memiliki pengaruh yang besar untuk menumbuhkan karakter anak. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan potensi anak agar mampu berfikir dan bersikap. Menurut Bredekamp dan Rosegrant, ada empat komponen untuk membantu anak menumbuhkembangkan potensinya, yaitu dengan kesadaran, eksplorasi, penyediaan pengalaman, dan teman sebaya. Hal ini sesuai dengan dunianya yaitu belajar serta bermain. Jenis permainan tradisional adalah permainan yang pertama kali dikenal di lingkungan karena telah menjadi turun temurun dari orang tua mereka atau nenek moyang.
Permainan tradisional menjadi pendorong bagi perkembangan anak, selain itu permainan tradisional ini memiliki nilai-nilai kearifan local yang perlu dilindungi, dijaga dan dilestarikan keberadaanya. Seperti permainan tradisional yang dapat melatih ketangkasan, kekuatan fisik, kegesitan, keberanian, ketrampilan, dan lain sebagainya.
Pengaruh dan manfaat permainan tradisional untuk menumbuhkan karakter bagi anak, anntara lain:
a.       Mengembangkan kecerdasan intlektual anak. Saat anak terlibat dalama permainan akan belajar banyak dari temannya dalam hal membuat dan menciptakan kreatifitas. Misalnya: saat bermain dakon, bila tidak ada batu sebagai alat permainan bisa menggantinya dengan biji-bijian dan benda-bnenda lainnya yang bisa ditemukan di sekitar.
b.      Kecerdasaan naturalis anak: alat-alat permainan tradisional terbuat atau menggunakan bahan yang menyatu dengan alam sekitar misalnya dari tumbuhan, genting, batu dan pasir. Contoh permainannya engklek menggunakan genting, dakon menggunakan batu atau biji sawo, dan lain sebagainya.
c.       Mengembangkan kecerdasaan spasial anak
Bermain peran dapat ditemukan dalam permainan tradisional engklek. Permainan ini mendorong anak mengenal konsep ruang dan berganti peran.
d.      Mengembangkan kecerdasaan musical anak
Nayanyian dan bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan tradisional karena biasanya memainkan permainan tradisioanl dengan bernyanyi contohnya permainan tradisional dari Cirebon yaitu cublek-cublek suweng.
e.       Mengembangkan kecerdasan spiritual anak
Dalam setiap permainan mengenal konsep menang maupun kalah begitu pula permainan tradisional . kalah dan menang bukanlah suatu persoalan yang pelik sehingga tidak membuat pemain bertengkarb ataupun minder. Bahkan terkadang anak yang bisa memainkan suatu permainan tidak secara langsung akan mengajarkan kepada teman lainnya.
f.       Mengembangkan kecerdasaan intrapersonal dan interpersonal
Permainan tradisional dilakukan dengan multi jenjang usia dan tidak lekang oleh waktu.  Pemain yang belum bisa melakukan permainan dapat belajar secara tidak langsung pada pemain yang sudah bisa, walaupun usianya masih dibawahnya.
g.      Mengembangkan sportanitas dalam pribadi anak . tidak ada yang paling ungggul, karena tiap orang memiliki kelebihan dalam setiap permainan yang berbeda. Hal ini dapat meminimalisir perasaan egois dalam diri anak-anak.  Anak dapat memahami bahwa dirinya maupun orang lain sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.
h.      Permainan tradisional mempunyai karakteristik yang berdampak positif pada perkembangan anak.
1.      Cenderung memanfaatkan alat atau fasilitas dari lingkungan tanpa harus membeli dan perlu imajinasi dan kreatifitas yang tinggi.
2.      Pemainan tradisional dominan melibatkan pemain yang relative banyak. Tidak mengherankan karena permainan tradisional mendahulukan kesenangan bersama, permainan ini juga bermaksud lebih pada pendalaman kemampuan interaksi antar pemain. Seperti petak umpet, congklak dan gobak sodor.
3.      Permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur dan pesan moral seperti nilai kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, lapang dada, percaya diri dan taat pada aturan.
4.      Sosialisasi antar anak semakin baik, dalam berkelompok pun harus menentukan strategi, mengembangkan sikap sportif , menghargai orang lain dan mampu bekerja sama. Misalkan engklek, congklak, lompat tali, bola bekel dan lain-lain.
Permainan tradisional banyak ragamnya dan mampu menumbuhkan karakter anak mulai dari aspek kognitif, emosional dan motorik. Model-model permainan tradisional yang mampu menumbuhkan karakter anak sangat beragam namun yang akan dibahas di makalah ini hanyalah dua permainan yang memerlukan area yang luas dan pemain yang banyak dan  tidak memerlukan area luas dan pemain cukup dua anak yaitu:

1.      Gobak sodor
Istilah permainan Gobag sodor dikenal di daerah jawa tengah , sedangkan di daerah lain seperti galah lebih dikenal di Kepulauan Natuna, sementara di beberapa daerah Kepulauan Riau lainnya dikenal dengan nama galah panjang. Di daerah Riau Daratan, permainan galah panjang ini disebut main cak bur atau main belon. Sedang di daerah jawa barat di kenal dengan nama Galah Asin atau Galasin.
Gobak Sodor adalah sejenis permainan daerah dari Indonesia. Cara melakukan permainan ini yaitu dengan membuat garis-garis penjagaan dengan kapur seperti lapangan bulu tangkis, bedanya tidak ada garis yang rangkap, Gobak sodor terdiri dari dua tim, satu tim terdiri dari tiga orang. Aturan mainnya adalah mencegat lawan agar tidak bisa lolos ke baris terakhir secara bolak-balik. Untuk menentukan siapa yang juara adalah seluruh anggota tim harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Anggota tim yang mendapat giliran “jaga” akan menjaga lapangan, caranya yang dijaga adalah garis horisontal dan ada juga yang menjaga garis batas vertikal. Untuk penjaga garis horisontal tugasnya adalah berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi seorang yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal maka tugasnya adalah menjaga keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan.
Permainan ini sangat menarik dan menyenangkan,setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan. Permainan ini mengajarkan akan ketangkasan, kerja keras, kebersamaan, strategi yang baik dalam memilih keputusan dan mengajarkan untuk tidak mudah putus asa karena jalan yang dilalui tak hanya satu jalur tapi beberapa jalur.

2.      Dakon
Permainan dakon dikenal sebagai permainan tradisional masyarakat Jawa sekalipun permainan ini dikenal juga di daerah lain. Tidak ada yang tahu mengapa permainan ini identik dengan dunia wanita. Menurut beberapa pendapat karena permainan ini identik atau berhubungan erat dengan manajemen atau pengelolaan keuangan.
Untuk memulai permainan yang melibatkan dua orang ini, keduanya akan mengundi atau ping sut untuk menentukan siapa yang jalan duluan. Lubang pada papan dakon berjumlah 16 buah. Masing-masing sisi papan dakon terdapat 7 buah lubang dan 2 buah lubang di masing-masing pojokan/ujung papannya. Untuk memainkannya biasanya diperlukan biji-bijian untuk isian lubang-lubangnya. Untuk permainan dakon yang juga dinamakan congklak itu diperlukan 98 buah biji sawo. Masing-masing sisi dakon yang memiliki 7 buah lubang itu diisi 7 buah biji untuk masing-masing lubangnya. Jadi, masing-masing pemain memiliki 49 buah biji kecik yang siap dijalankan. Sedangkan lubang di bagian ujung (pojok) dakon dikosongkan untuk menampung sisa biji ketika permainan dijalankan. Dengan permainan itu kita telah dilatih untuk terampil, cermat, sportif, jujur, adil, tepa selira, dan akrab dengan temannya.
     Kendala Membangun Karakter Melalui Permainan Tradisional
Permainan sangat dibutuhkan bagi anak, karena setelah belajar anak akan mermerlukan penyegaran. Penyegaran itu bisa dengan cara bermain. Sebagai orang tua atau tenagapendidik  perlu dikembangkan permainan trdisional, agar anak mengetahui banyaknya permainan tradisional yang menarik, menyenangkan, sehat dan  ramah lingkungan. Ramah lingkungan disini alasannya karena menggunakan fasilitas dari alam, misalnya egrang menggunakan bambu, dakon bisa menggunakan batu atau biji-bijian, engklek menggunakan pecahan genting dan lain sebagainya.
Banyaknya permainan yang modern atau disebut games online membuat anak-anak melupakan budaya permainan tradisional yang turun temurun telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Alasannya karena games online lebih mudah programnya, tidak membutuhkan areal yang luas dan pelaksanaanya tidak rumit dan lebih cepat. Berbeda dengan permainan tradisional misalnya egrang, permainan ini membutuhkan persiapan fasilitas-fasilitasnya yang lumayan panjang.
Para orang tua pun kurang memberikan pengenalan tentang permainan-permainan tradisional, sehingga permainan itupun tergerus zaman dan diganti dengan permainan modern. Orang tua yang terlalu sibuk hingga tidak sempat mengajarkan permainan tradisional dan malahan memberikan permainan seperti play station sehingga membuat anak ketagihan dan jarang belajar. Kendala yang lainnya pun ketika anak diajarkan permainan tradisional namun tidak disisipkan dengan nilai-nilai moral yang terkandung maka hanya berdampak permainan saja yang melelahkan. Permainan tradisional perlu disisipkan nilai-nilai moral karena banyak manfaat dari bermain itu dan dapat menumbuhkan karakter bagi si anak.
Maka dari itu pentingnya orang tua dan tenaga pendidik untuk memberikan pengenalan tentang macam-macam permainan tradisional dan cara memainkannya serta menyisipkan pesan moral di dalam permainan tradisional tersebut.  Sesungguhnya permainan tradisional tidak hanya untuk kesenangan anak saja melainkan juga kebutuhan pokok untuk pembentukan karakter anak. Melalui permainan tradisional anak dapat mempraktekkan ketrampilan yang mengarah pada perkembangan kognitif anak, bahasa anak, psikomotorik dan fisik. Sehingga perlu diperhatikan dalam memilih permainan kepada anak   
Melestarikan Permainan Tradisional
Permainan tradisional merupakan warisan dari nenek moyang kita sehingga perlu di lestarikan agar tidak tergerus zaman dan tidak tergantikan pada permainan modern. Sesungguhnya permainan tradisional mempunyai banyak manfaat untuk mengembangkan karakter anak berbeda denga playstation yang banyak dampak negatifnya misalnya anak terkena sakit mata, tangan dan cenderung malas belajar serta bisa ketagihan.
Melestarikan permainan tradisional dengan cara meluangkan waktu orang tua atau tenaga pendidik untuk mengenalkan dan mengajari cara bermain. Tidak hanya itu butuh juga sisipan moral untuk membangun karakter anak.
Wilayah perkotaan biasanya sulit menemukan areal yang luas untuk bermain semisal gobak sodor maka bisa melestarikan dan bermain yang lain semisal dakon. Dakon pun menarik dan banyak pesan moralnya serta tidak membutuhkan areal yang lua, pemainnya pun tidak banyak.
Di perkotaan banyak tempat-tempat hiburan yang menyediakan permainan-permainan modern yang menggunakan alat-alat canggih. Maka dari itu untuk menunjukkan bahwa Indonesia memiliki bermacam-macam permainan tradisional diperlukan tempat hiburan untuk menghimpun berbagai wahana permainan tradisional tidak hanya permainan modern saja . Sehingga masyarakat perkotaan mengetahui dan bisa memainkan berbagai permainan tradisional guna untuk menjaga kelestarian.

Kamis, 18 April 2013

RESENSI BUKU multikultural


RESENSI BUKU
JUDUL                                   : PENDIDIKAN MULTIKULTURAL KONSEP DAN APLIKASI
PENGARANG                       : NGAINUN NAIM DAN ACHMAD SAUQI
PENERBIT                 : AR-RUZZ MEDIA
JUMLAH HALAMAN          : 248

BAB I PENDAHULUAN
A.           PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
Menurut ahli sosiologi pendidikan ada timbal balik atau hubungan antara dunia pendidikan dengan kondisi social masyarakat.  Sehingga majunya dunia pendidikan akan dapat dijadikan cermin majunya masyarakat. Ary H. Gunawan sebagai penerus budaya dari satu generasi ke generasi lainnya. Media sebagai alih budaya adalah pendidikan dan interaksi social. Pendidikan merupakan proses sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, keterampilan dll.
Sekarang ini pendidikan berhadapan dengan banyak permasalahan seperti penyerapan lulusan, kurang kreatifitas produk pendidikan, kurangnya kualitas pendidikan, kenakalan pelajar dll. Hal itu bukti adanya kesenjangan antara masyarakat dengan pendidikan. Banyaknya terjadi konflik di Indonesia karena disebabkan terjadi kesalah pahaman baik agama, ekonomi, politik, perebutan kekuasaan dll. Pemicu konflik yang paling andil adalah konflik agama. Padahal semua agama mengajarkan kebaikan dan orang yang beriman pada agamanya tentu tidak menghendaki konflik karena agama mendidik untuk saling tolong menolong, toleransi, berbuat baik dan  saling mengerti.
B.            Agama dan Kekerasan
Agama itu di ciptakan untuk membawa pesan ketuhanan  dan kemanusiaan namun mengapa sering terjadi konflik di sebabkan agama?
Adanya tragedi bencana yang melibatkan agama tak lain karena terjadi pembusukan dan pengorupsian agama. Berikut tanda-tandanya:
1.      Klaim kebenaran
2.      Ketaatan buta terhadap pemimpin agama menjadi fanatisme.
3.      Menghalalkan segala cara
Konflik tak selamanya buruk ada juga manfaatnya seperti rekonstrksi membangun dialog untuk kesadaran bersama-sama.
A.Malik.Fadjar mengemukakan penyebab dari konflik agama.
1. cara beragama yang pemahamanya dangkal dan menyandarkan pada kemutlakan symbol.
2. sejarah masa lalu yang terjadi perselisihan antar agama.
3. rasa cemburu dan kecewa
4. dendam dan curiga akibat syiar dakwah yang ingin menggaet umat agama lain.
Sebenarnya penyebab konflik cukup kompleks maka butuh pendidikan yang di harapkan sebagai mekanisme alokasi bagi civitas akademika untuk memasuki masa depannya.pendidikan mempunyai bermacam-macam fungsi salah satunya membangun dan memberi gambaran ideal tentang pluralitas dan multicultural. Realitasnya multicultural menjadi potensi membawa khazanah dan kekayaan kehidupan namun menjadi persoalan besar bila mengedepankan ego dan kemauan untuk saling menguasai. Butuh reformulasi kurikulum dan dan SDM yang handal untuk mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab anak didik terhadap keragaman masyarakat.

Bab 2 Makna Pendidikan Dan Pendidikan Pluralis-Multikultural
A.    MAKNA PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN ISLAM
-     Menurut Darmaningtyas pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis atau mencapai taraf hidup dan kemajuan yang lebih baik.
-     Koenjoroningrat mendefinisikan pendidikan sebagai usaha mengalihkan adat istiadat dan seluruh kebudayaan dari generasi lama ke generasi baru.
-          Ki Hajar Dewantara mendefinisi pendidikan adalah usaha orang tua kepada anak-anak untuk menyokong kemajuan hidupnya baik aspek rohani maupun jasmani.
Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang pendidikan dan antara definisi yang satu dengan yang lain memiliki keragaman  perbedaan namun ada titik kesamaan yang dianggap sebagai titik temu. Jadi setiap perbedaan itu wajar dan tidak perlu perdebatan.
Begitu juga pendidikan islam pun memiliki banyak pengertian, hal ini membuat keragaman definisi pendidikan islam.
1.      Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh
2.      Mengembangkan seluruh potensi
3.      Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan
4.      Dilaksanakan secara bertahap
            Menurut guru besar IAIN Gunung Jati Bandung, Ahmad Tafsir menyimpulkan pendidikan adalah bimbingan seseorang agar berkembang secara maksimal sesuai ajaran islam menuju manusia yang beriman, berilmu dan bermoral.
Antara pendidikan secara umum dengan pendidikan islam, Azyumardi Azra menyebutkan karakteristik pendidikan islam.
1.      Islam mengajari untuk menguasai ilmu pengetahuan
2.      Mengembangkan ilmu diberikan kepada orang lain.
3.      Penekanan nilai-nilai akhlak dalam penguasaan ilmu pengetahuan.
4.      Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan hanya untuk pengabdian pada Allah dan kemaslahatan umum.
5.      Penyesuaian pada perkembangan anak.
6.      Pengembangan kepribadian diarahkan untuk mencapai tujuan islam.
7.      Penekananan amal shaleh dan tanggung jawab untuk mengamalkan ilmu yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat.
Sebagai pendidik harus mempunyai rasa kemanusiaan yang mendalam dan rasa cinta akan menghasilkan anak didik yang memandang manusia dalam kerangka kemanusiaan.
B.     Pendidikan dan Perubahan Sosial
Pendidikan adalah alat yang ampuh untuk melakukan perubahan.  Untuk mewujudkan fungsionalisasi pendidikan islam dengan melakukan perubahan paradigma yaitu dengan mengubah cara belajar dari warisan menjadi pemecahan masalah, dari hafalan ke dialog, mengolah dan mengembangkan hati dan ketrampilan. Pendidikan mengalami perubahan menuju pendidikan yang berkualitas.


C.     Penyeragaman Pendidikan
Sebaiknya tidak terjadi penyeragaman pendidikan karena potensi anak berbeda-beda dan keseragaman membuat tidak saling menghargainya setiap perbedaan. Di Indonesia banyak sekali keseragaman conth baju seragam, buku ajar dll berbeda dengan di Jepang sangat menghargai keragaman anak didik, mereka bebas berekspresi dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Pendidikan sebaiknya tidak menekankan pada tuntutan pemenuhan kerja tapi lebih penting bagaimana mengembangkan kreatifitas sehingga anak bisa menciptakan kerja sendiri. Tak semua daerah mampu memperhatikan kurikulum karena lingkungan menyebabkan kurikulum terasa asing dimata peserta didik.
D.    Pendidikan Islam Pluralis-Multikultural
Pendidikan yang seragam dan tidak menghargai pluralitas akan membawa dampak negative. Maka pendidikan multicultural-pluralis merupakan kebutuhan diharapkan melahirkan anak didik yang penuh toleransi dan saling menghargai. Pendidikan pluralisme sebagai pembuka visi cakrawala sehingga kita mampu melihat kemanusiaan sebagai keluarga yang memiliki perbedaan dan persamaan cita-cita. Pendidikan multicultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitas keragaman budaya, etnis, suku, dan agama. Menghargai harkat dan martabat sehingga terciptanya perdamaian yang sejati.
Pluralis lebih mengandung kemajemukan agama sedangkan multicultural kemajemukan budaya kemudian bersanding dengan pendidikan islam bermaksud untuk membangun paradigmakonstruksi teoritis dan aplikatif yang menghargai keragaman budaya dan agama.
Aspek yang dikembangkan dari konses pendidikan islam pluralis-multikultural.
1.      Menghargai keragaman supaya tumbuh kearifan untuk melihat keragaman yang ada.
2.      Merupakan usaha sistematis untuk membangun pemahaman dan kesadaran anak didik terhadap realitas keragaman.
3.      Setiap perbedaan diposisikan secara setara untuk mengapresiasikan karakteristik yang dimiliki, sehingga satu dengan lainnya mendapat perlakuan yang sama dan tidak saling mengunggulkan.
4.      Tumbuh dan kembang rasa percaya diri terutama anak yang berasal dari ekonomi rendah.
Pendidikan Islam Pluralis-Multikultural dapat diwujudkan melalui pendidikan dan diberikan pemahaman bahwa satu Tuhan namun beragam agama, hal ini adalah wajar bila terjadi keragaman. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik ada beberapa yang harus dilakukan yaitu:
1.      Guru harus mampu menciptakan situasi kelas yang tenang, bersih dan mendukung pelaksanaan proses pembelajaran.
2.      Menyediakan peluang siswa untuk mengakses bahan dan sumber informasi untuk belajar.
3.      Gunakan model belajar dengan berdiskusi dan saling bertukar informasi.
4.      Hubungkan informasi baru yang sudah diketahui siswa.
5.      Guru harus memiliki catatan kemajuan dari semua proses pembelajaran anak didik.
Guru tidak boleh mendominasi kelas, anak harus dibiarkan mengembangkan kreativitasnya, dianggap, diajari dan di damping.
E.  Demokratisasi Pendidikan
Nilai-nilai pendidikan islam pluralis-multikultural diantaranya demokrasi. Pendidikan ini menjelaskan manusia bagi kepentingan pendidikan. Untuk menumbuhkan demokrasi pendidikan perlunya komunikasi kesegala arah tidak hanya pendidik saja yang ceramah dan menjadi pusat pembelajaran tapi juga siswanya mencari informasi sendiri. Pendidikan ini merupakan pendidikan dialogis sebagai syarat demokratisasi.
Realitasnya praktik pendidikan membebani anak didik dengan informasi yang kurang relevan untuk kebutuhan psikologis anak didik, sehingga muncul pribadi yang cerdas secara kognitif  namun sangat kurang dalam kecerdasaan emosional.
Sekolah yang layak disebut sekolah yang demokratis mempunyai ciri-ciri
1.      Orientasi pada normative berdasar kesepakatan.
2.      Pendekatan demokratis
3.      Pengambilan keputusan secara consensus
4.      Penanaman nilai, kultur dan kebiassan dalam organisasi
Dalam konteks pendidikan islam, dikatakan demokratis bila telah memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:
1.      Tingginya komitmen keilmuan
2.      Menempatkan pendidik dengan anak didik sebagai subjek yang saling melengkapi.
3.      Konsisten dalam prinsip belajar tuntas.
4.      Tak hanya berrhenti pada teori namun ada langkah-langkah konkretnya.

Bab 3 pluralis-multikultural perspektif ajaran islam

A.    Pluralisme dan toleransi
Secara bahasa pluralis berarti jamak dalam keanekaragaman masyarakat. Secara istilah plural temanifestasi dalam sikap saling menghargai memelihara atau bahkan memperkaya keadaan yang bersikap plural tersebut. Sikap pluralism tanpa adanya toleransi tak akan terjalin kerukunan umat beragama. Toleransi adalah kemampuan menghormati sikap dasar , keyakinan dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.
Garis besar konsep pluralisme :
1.      Pluralisme bukan saja mengakui hak agama lain tapi memahami perbedaan
2.      Konsep plural tidak boleh disamakan dengan konsep relativisme.
3.      Bukan juga sinkretisme yaitu menciptakan agama baru dengan memadukan unnsur tertentu.
Jadi pluralisme tujuannya bukan untuk membangun keseragaman bentuk agama dan perbedaan agama itu bukan untuk dipertentangkan namun menjadi tantangan untuk dijawab. Dialog antaragama sangat dibutuhkan untuk membangun perwujudan suatu pandangan teologis yang pluralis dan mendalam. Sehingga antar agama dapat berinteraksi dan dapat menggali nilai-nilai keagamaan bersama tanpa timbul curiga. Kesadaran untuk saling toleransi, menghargai, memahami setiap perbedaan yang ada dapat memunculkan kerukunan antar umat beragama. Hal ini dikembangkan lewat jalur pendidikan sehingga menjadi masyarakat yang bermoral, pluralis dan beradab.
B.     Signifikasi pluralisme agama
Pluralism agama merupakan sumber fundamental yang digunakan umat manusia untuk mewujudkan perdamaian dan keadilan dalam tiap masyarakat kontemporer. Perdamaian sejati adalah hasil dari keadilan yang dipelihara tiap tahap hubungan manusia.
Pada perkembangannya agama menjadi psikologis, cultural dan identitas social, maka aka nada 3 kemungkinan terjadi.
1.      Agama melakukan penetrasi terhadap kehidupan social dan cultural masyarakat.
2.      Agama dipengaruhi unsure-unsur eksternal
3.      Terjadi dialektika antar keduanya.
Tiap agama memiliki nilai-nilai khas diistilahkan dengan nilai particular sedangkan nilai yang dipercaya oleh tiap agama disebut nilai nilai universal. Partikultural nilai-nilai agama diperuntukkan bagi pemeluk agama sendiri tidak boleh dipaksakan pada yang tidak percaya. Bagi pemeluk agama lain harus dikedepankan nilai-nilai universal, semacam keadailan, kemanusiaan dll.
C.     PLURALISME DAN DIALOG
          Bagi Mahmoud M. Ayyoub untuk membangun relasi dengan umat beragama lain dilakukan dialog konstrukti melalui saling menghormati dan memahami pihak lain dan interaksi dengan dasar keadilan dan kesamaan umat yang satu. Meski agama itu plural namun memiliki tugas yang sama yaitu membangun kehidupan peradapan manusia yang lebih baik dan manusiawi.
Orang yang   toleran pada dasarnya menggunakan penalarannya untuk memahami dan menerima yang lain, mereka sering berdialog dan belajar. Karakter masyarakat yang berkeadilan adalah adanya kesadaran pluralitas dalam masyarakat. Maka dialog merupakan teknologi masa depan yang tidak deskriminatif. Untuk mengembangkan dialog dapat dilakukan 4 tingkat bagi komunikasi manusia:
1.      Rasa sebagai saudara dan sesama manusia.
2.      Menegakkan nilai-nilai kehidupan kemanusiaan.
3.      Keberanian memperbincangkan Tuhan dalam kedamaian.
4.      Dimana Tuhan berbicara pada kita.
Dalam dialog ini ada baiknya mendatangkan guru agama yang berprofiesional karena guru adalah tombak pendidikan agama.
D.    Pendekatan Etika
















Selasa, 16 April 2013

ARNI

HAMASAH KARENA ALLAH