Pages

Kamis, 18 April 2013

RESENSI BUKU multikultural


RESENSI BUKU
JUDUL                                   : PENDIDIKAN MULTIKULTURAL KONSEP DAN APLIKASI
PENGARANG                       : NGAINUN NAIM DAN ACHMAD SAUQI
PENERBIT                 : AR-RUZZ MEDIA
JUMLAH HALAMAN          : 248

BAB I PENDAHULUAN
A.           PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
Menurut ahli sosiologi pendidikan ada timbal balik atau hubungan antara dunia pendidikan dengan kondisi social masyarakat.  Sehingga majunya dunia pendidikan akan dapat dijadikan cermin majunya masyarakat. Ary H. Gunawan sebagai penerus budaya dari satu generasi ke generasi lainnya. Media sebagai alih budaya adalah pendidikan dan interaksi social. Pendidikan merupakan proses sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, keterampilan dll.
Sekarang ini pendidikan berhadapan dengan banyak permasalahan seperti penyerapan lulusan, kurang kreatifitas produk pendidikan, kurangnya kualitas pendidikan, kenakalan pelajar dll. Hal itu bukti adanya kesenjangan antara masyarakat dengan pendidikan. Banyaknya terjadi konflik di Indonesia karena disebabkan terjadi kesalah pahaman baik agama, ekonomi, politik, perebutan kekuasaan dll. Pemicu konflik yang paling andil adalah konflik agama. Padahal semua agama mengajarkan kebaikan dan orang yang beriman pada agamanya tentu tidak menghendaki konflik karena agama mendidik untuk saling tolong menolong, toleransi, berbuat baik dan  saling mengerti.
B.            Agama dan Kekerasan
Agama itu di ciptakan untuk membawa pesan ketuhanan  dan kemanusiaan namun mengapa sering terjadi konflik di sebabkan agama?
Adanya tragedi bencana yang melibatkan agama tak lain karena terjadi pembusukan dan pengorupsian agama. Berikut tanda-tandanya:
1.      Klaim kebenaran
2.      Ketaatan buta terhadap pemimpin agama menjadi fanatisme.
3.      Menghalalkan segala cara
Konflik tak selamanya buruk ada juga manfaatnya seperti rekonstrksi membangun dialog untuk kesadaran bersama-sama.
A.Malik.Fadjar mengemukakan penyebab dari konflik agama.
1. cara beragama yang pemahamanya dangkal dan menyandarkan pada kemutlakan symbol.
2. sejarah masa lalu yang terjadi perselisihan antar agama.
3. rasa cemburu dan kecewa
4. dendam dan curiga akibat syiar dakwah yang ingin menggaet umat agama lain.
Sebenarnya penyebab konflik cukup kompleks maka butuh pendidikan yang di harapkan sebagai mekanisme alokasi bagi civitas akademika untuk memasuki masa depannya.pendidikan mempunyai bermacam-macam fungsi salah satunya membangun dan memberi gambaran ideal tentang pluralitas dan multicultural. Realitasnya multicultural menjadi potensi membawa khazanah dan kekayaan kehidupan namun menjadi persoalan besar bila mengedepankan ego dan kemauan untuk saling menguasai. Butuh reformulasi kurikulum dan dan SDM yang handal untuk mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab anak didik terhadap keragaman masyarakat.

Bab 2 Makna Pendidikan Dan Pendidikan Pluralis-Multikultural
A.    MAKNA PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN ISLAM
-     Menurut Darmaningtyas pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis atau mencapai taraf hidup dan kemajuan yang lebih baik.
-     Koenjoroningrat mendefinisikan pendidikan sebagai usaha mengalihkan adat istiadat dan seluruh kebudayaan dari generasi lama ke generasi baru.
-          Ki Hajar Dewantara mendefinisi pendidikan adalah usaha orang tua kepada anak-anak untuk menyokong kemajuan hidupnya baik aspek rohani maupun jasmani.
Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang pendidikan dan antara definisi yang satu dengan yang lain memiliki keragaman  perbedaan namun ada titik kesamaan yang dianggap sebagai titik temu. Jadi setiap perbedaan itu wajar dan tidak perlu perdebatan.
Begitu juga pendidikan islam pun memiliki banyak pengertian, hal ini membuat keragaman definisi pendidikan islam.
1.      Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh
2.      Mengembangkan seluruh potensi
3.      Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan
4.      Dilaksanakan secara bertahap
            Menurut guru besar IAIN Gunung Jati Bandung, Ahmad Tafsir menyimpulkan pendidikan adalah bimbingan seseorang agar berkembang secara maksimal sesuai ajaran islam menuju manusia yang beriman, berilmu dan bermoral.
Antara pendidikan secara umum dengan pendidikan islam, Azyumardi Azra menyebutkan karakteristik pendidikan islam.
1.      Islam mengajari untuk menguasai ilmu pengetahuan
2.      Mengembangkan ilmu diberikan kepada orang lain.
3.      Penekanan nilai-nilai akhlak dalam penguasaan ilmu pengetahuan.
4.      Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan hanya untuk pengabdian pada Allah dan kemaslahatan umum.
5.      Penyesuaian pada perkembangan anak.
6.      Pengembangan kepribadian diarahkan untuk mencapai tujuan islam.
7.      Penekananan amal shaleh dan tanggung jawab untuk mengamalkan ilmu yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat.
Sebagai pendidik harus mempunyai rasa kemanusiaan yang mendalam dan rasa cinta akan menghasilkan anak didik yang memandang manusia dalam kerangka kemanusiaan.
B.     Pendidikan dan Perubahan Sosial
Pendidikan adalah alat yang ampuh untuk melakukan perubahan.  Untuk mewujudkan fungsionalisasi pendidikan islam dengan melakukan perubahan paradigma yaitu dengan mengubah cara belajar dari warisan menjadi pemecahan masalah, dari hafalan ke dialog, mengolah dan mengembangkan hati dan ketrampilan. Pendidikan mengalami perubahan menuju pendidikan yang berkualitas.


C.     Penyeragaman Pendidikan
Sebaiknya tidak terjadi penyeragaman pendidikan karena potensi anak berbeda-beda dan keseragaman membuat tidak saling menghargainya setiap perbedaan. Di Indonesia banyak sekali keseragaman conth baju seragam, buku ajar dll berbeda dengan di Jepang sangat menghargai keragaman anak didik, mereka bebas berekspresi dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Pendidikan sebaiknya tidak menekankan pada tuntutan pemenuhan kerja tapi lebih penting bagaimana mengembangkan kreatifitas sehingga anak bisa menciptakan kerja sendiri. Tak semua daerah mampu memperhatikan kurikulum karena lingkungan menyebabkan kurikulum terasa asing dimata peserta didik.
D.    Pendidikan Islam Pluralis-Multikultural
Pendidikan yang seragam dan tidak menghargai pluralitas akan membawa dampak negative. Maka pendidikan multicultural-pluralis merupakan kebutuhan diharapkan melahirkan anak didik yang penuh toleransi dan saling menghargai. Pendidikan pluralisme sebagai pembuka visi cakrawala sehingga kita mampu melihat kemanusiaan sebagai keluarga yang memiliki perbedaan dan persamaan cita-cita. Pendidikan multicultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitas keragaman budaya, etnis, suku, dan agama. Menghargai harkat dan martabat sehingga terciptanya perdamaian yang sejati.
Pluralis lebih mengandung kemajemukan agama sedangkan multicultural kemajemukan budaya kemudian bersanding dengan pendidikan islam bermaksud untuk membangun paradigmakonstruksi teoritis dan aplikatif yang menghargai keragaman budaya dan agama.
Aspek yang dikembangkan dari konses pendidikan islam pluralis-multikultural.
1.      Menghargai keragaman supaya tumbuh kearifan untuk melihat keragaman yang ada.
2.      Merupakan usaha sistematis untuk membangun pemahaman dan kesadaran anak didik terhadap realitas keragaman.
3.      Setiap perbedaan diposisikan secara setara untuk mengapresiasikan karakteristik yang dimiliki, sehingga satu dengan lainnya mendapat perlakuan yang sama dan tidak saling mengunggulkan.
4.      Tumbuh dan kembang rasa percaya diri terutama anak yang berasal dari ekonomi rendah.
Pendidikan Islam Pluralis-Multikultural dapat diwujudkan melalui pendidikan dan diberikan pemahaman bahwa satu Tuhan namun beragam agama, hal ini adalah wajar bila terjadi keragaman. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik ada beberapa yang harus dilakukan yaitu:
1.      Guru harus mampu menciptakan situasi kelas yang tenang, bersih dan mendukung pelaksanaan proses pembelajaran.
2.      Menyediakan peluang siswa untuk mengakses bahan dan sumber informasi untuk belajar.
3.      Gunakan model belajar dengan berdiskusi dan saling bertukar informasi.
4.      Hubungkan informasi baru yang sudah diketahui siswa.
5.      Guru harus memiliki catatan kemajuan dari semua proses pembelajaran anak didik.
Guru tidak boleh mendominasi kelas, anak harus dibiarkan mengembangkan kreativitasnya, dianggap, diajari dan di damping.
E.  Demokratisasi Pendidikan
Nilai-nilai pendidikan islam pluralis-multikultural diantaranya demokrasi. Pendidikan ini menjelaskan manusia bagi kepentingan pendidikan. Untuk menumbuhkan demokrasi pendidikan perlunya komunikasi kesegala arah tidak hanya pendidik saja yang ceramah dan menjadi pusat pembelajaran tapi juga siswanya mencari informasi sendiri. Pendidikan ini merupakan pendidikan dialogis sebagai syarat demokratisasi.
Realitasnya praktik pendidikan membebani anak didik dengan informasi yang kurang relevan untuk kebutuhan psikologis anak didik, sehingga muncul pribadi yang cerdas secara kognitif  namun sangat kurang dalam kecerdasaan emosional.
Sekolah yang layak disebut sekolah yang demokratis mempunyai ciri-ciri
1.      Orientasi pada normative berdasar kesepakatan.
2.      Pendekatan demokratis
3.      Pengambilan keputusan secara consensus
4.      Penanaman nilai, kultur dan kebiassan dalam organisasi
Dalam konteks pendidikan islam, dikatakan demokratis bila telah memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:
1.      Tingginya komitmen keilmuan
2.      Menempatkan pendidik dengan anak didik sebagai subjek yang saling melengkapi.
3.      Konsisten dalam prinsip belajar tuntas.
4.      Tak hanya berrhenti pada teori namun ada langkah-langkah konkretnya.

Bab 3 pluralis-multikultural perspektif ajaran islam

A.    Pluralisme dan toleransi
Secara bahasa pluralis berarti jamak dalam keanekaragaman masyarakat. Secara istilah plural temanifestasi dalam sikap saling menghargai memelihara atau bahkan memperkaya keadaan yang bersikap plural tersebut. Sikap pluralism tanpa adanya toleransi tak akan terjalin kerukunan umat beragama. Toleransi adalah kemampuan menghormati sikap dasar , keyakinan dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.
Garis besar konsep pluralisme :
1.      Pluralisme bukan saja mengakui hak agama lain tapi memahami perbedaan
2.      Konsep plural tidak boleh disamakan dengan konsep relativisme.
3.      Bukan juga sinkretisme yaitu menciptakan agama baru dengan memadukan unnsur tertentu.
Jadi pluralisme tujuannya bukan untuk membangun keseragaman bentuk agama dan perbedaan agama itu bukan untuk dipertentangkan namun menjadi tantangan untuk dijawab. Dialog antaragama sangat dibutuhkan untuk membangun perwujudan suatu pandangan teologis yang pluralis dan mendalam. Sehingga antar agama dapat berinteraksi dan dapat menggali nilai-nilai keagamaan bersama tanpa timbul curiga. Kesadaran untuk saling toleransi, menghargai, memahami setiap perbedaan yang ada dapat memunculkan kerukunan antar umat beragama. Hal ini dikembangkan lewat jalur pendidikan sehingga menjadi masyarakat yang bermoral, pluralis dan beradab.
B.     Signifikasi pluralisme agama
Pluralism agama merupakan sumber fundamental yang digunakan umat manusia untuk mewujudkan perdamaian dan keadilan dalam tiap masyarakat kontemporer. Perdamaian sejati adalah hasil dari keadilan yang dipelihara tiap tahap hubungan manusia.
Pada perkembangannya agama menjadi psikologis, cultural dan identitas social, maka aka nada 3 kemungkinan terjadi.
1.      Agama melakukan penetrasi terhadap kehidupan social dan cultural masyarakat.
2.      Agama dipengaruhi unsure-unsur eksternal
3.      Terjadi dialektika antar keduanya.
Tiap agama memiliki nilai-nilai khas diistilahkan dengan nilai particular sedangkan nilai yang dipercaya oleh tiap agama disebut nilai nilai universal. Partikultural nilai-nilai agama diperuntukkan bagi pemeluk agama sendiri tidak boleh dipaksakan pada yang tidak percaya. Bagi pemeluk agama lain harus dikedepankan nilai-nilai universal, semacam keadailan, kemanusiaan dll.
C.     PLURALISME DAN DIALOG
          Bagi Mahmoud M. Ayyoub untuk membangun relasi dengan umat beragama lain dilakukan dialog konstrukti melalui saling menghormati dan memahami pihak lain dan interaksi dengan dasar keadilan dan kesamaan umat yang satu. Meski agama itu plural namun memiliki tugas yang sama yaitu membangun kehidupan peradapan manusia yang lebih baik dan manusiawi.
Orang yang   toleran pada dasarnya menggunakan penalarannya untuk memahami dan menerima yang lain, mereka sering berdialog dan belajar. Karakter masyarakat yang berkeadilan adalah adanya kesadaran pluralitas dalam masyarakat. Maka dialog merupakan teknologi masa depan yang tidak deskriminatif. Untuk mengembangkan dialog dapat dilakukan 4 tingkat bagi komunikasi manusia:
1.      Rasa sebagai saudara dan sesama manusia.
2.      Menegakkan nilai-nilai kehidupan kemanusiaan.
3.      Keberanian memperbincangkan Tuhan dalam kedamaian.
4.      Dimana Tuhan berbicara pada kita.
Dalam dialog ini ada baiknya mendatangkan guru agama yang berprofiesional karena guru adalah tombak pendidikan agama.
D.    Pendekatan Etika
















1 komentar:

Unknown mengatakan...

..............

Posting Komentar